Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memperkuat identitas daerah
sebagai “The World Carving Center” atau pusat ukiran dunia dengan
memetakan dan mengembangkan potensi unggulan daerah.
Hal itu bertujuan menarik investor,
pembeli dari dalam dan luar negeri, sekaligus wisatawan domestik dan
mancanegara.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Jepara
Hadi Priyanto, Kamis (21/12/2011), mengatakan, pemetaan itu meliputi
potensi usaha miko kecil menengah (UMKM), pariwisata, hortikultura, dan
kesenian tradisonal.
Potensi UMKM mengandalkan kerajinan ukir
dan tenun troso. Di Jepara, ada 3.995 unit usaha di bidang kerajinan
mebel dan patung ukir, yang tersebar di 15 dari 16 kecamatan dan
menyerap 52.443 tenaga kerja.
Adapun UMKM yang bergerak di bidang
tenun berpusat di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan itu berjumlah 287 unit
usaha dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 2.500 orang.
“Investasi di bidang UMKM mebel dan
patung ukir itu Rp 164 miliar dan rata-rata nilai produksi per tahun
mencapai Rp 1,24 triliun. Sementara itu nilai produksi UMKM tenun troso
rata-rata Rp 268 miliar per tahun,” kata Hadi.
Hadi menambahkan, di bidang pariwisata,
pemerintah mengandalkan Kepulauan Karimunjawa yang saat ini sudah
menjadi destinasi wisata internasional. Namun, kepulauan itu masih minim
akses transportasi dan kerap terisolasi setiap musim angin Barat dan
Timur.
Di bidang hortikultura, Jepara
mengunggulkan durian, sedangkan di bidang kesenian tradisional Jepara
terkenal dengan tradisi Perang Obor, Jembul Tulakan, dan Lomban.
“Melalui pemetaan potensi itu, kami
ingin menarik para pembeli dari luar negeri dan investor datang ke Jepara
untuk berbisnis dan berwisata,” kata dia.
Jepara juga telah menetapkan Desa
Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, sebagai sentra patung dan ukir. Di desa
yang konon cikal bakal ukir Jepara bermula itu terdapat 1.142 tenaga
kerja yang bergerak di bidang permebelan. Rata-rata per tahun nilai
produksi mebel dan patung ukir di desa itu mencapai Rp 3,5 miliar.
Kepala Desa Mulyoharjo HM Rosyid
mengemukakan, Desa Mulyoharjo tidak hanya dikembangkan sebagai pusat
kerajinan, tetapi juga wisata edukasi ukir. Para perajin membuka diri
bagi setiap orang untuk belajar mengukir atau meneliti.
“Kami tengah mempersiapkan sejumlah
homestay yang berupa rumah-rumah para perajin ukir sebagai tempat
tinggal dan singgah para wisatawan, pelajar, atau peneliti,” kata dia.
Editor
: KOMPAS.com
0 komentar:
Posting Komentar