Pages

Selasa, 01 Mei 2012

The World Carving Center


Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memperkuat identitas daerah sebagai “The World Carving Center” atau pusat ukiran dunia dengan memetakan dan mengembangkan potensi unggulan daerah.
Hal itu bertujuan menarik investor, pembeli dari dalam dan luar negeri, sekaligus wisatawan domestik dan mancanegara.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Jepara Hadi Priyanto, Kamis (21/12/2011), mengatakan, pemetaan itu meliputi potensi usaha miko kecil menengah (UMKM), pariwisata, hortikultura, dan kesenian tradisonal.
Potensi UMKM mengandalkan kerajinan ukir dan tenun troso. Di Jepara, ada 3.995 unit usaha di bidang kerajinan mebel dan patung ukir, yang tersebar di 15 dari 16 kecamatan dan menyerap 52.443 tenaga kerja.
Adapun UMKM yang bergerak di bidang tenun berpusat di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan itu berjumlah 287 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 2.500 orang.


“Investasi di bidang UMKM mebel dan patung ukir itu Rp 164 miliar dan rata-rata nilai produksi per tahun mencapai Rp 1,24 triliun. Sementara itu nilai produksi UMKM tenun troso rata-rata Rp 268 miliar per tahun,” kata Hadi.

Hadi menambahkan, di bidang pariwisata, pemerintah mengandalkan Kepulauan Karimunjawa yang saat ini sudah menjadi destinasi wisata internasional. Namun, kepulauan itu masih minim akses transportasi dan kerap terisolasi setiap musim angin Barat dan Timur.

Di bidang hortikultura, Jepara mengunggulkan durian, sedangkan di bidang kesenian tradisional Jepara terkenal dengan tradisi Perang Obor, Jembul Tulakan, dan Lomban.
“Melalui pemetaan potensi itu, kami ingin menarik para pembeli dari luar negeri dan investor datang ke Jepara untuk berbisnis dan berwisata,” kata dia.
Jepara juga telah menetapkan Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, sebagai sentra patung dan ukir. Di desa yang konon cikal bakal ukir Jepara bermula itu terdapat 1.142 tenaga kerja yang bergerak di bidang permebelan. Rata-rata per tahun nilai produksi mebel dan patung ukir di desa itu mencapai Rp 3,5 miliar.
Kepala Desa Mulyoharjo HM Rosyid mengemukakan, Desa Mulyoharjo tidak hanya dikembangkan sebagai pusat kerajinan, tetapi juga wisata edukasi ukir. Para perajin membuka diri bagi setiap orang untuk belajar mengukir atau meneliti.
“Kami tengah mempersiapkan sejumlah homestay yang berupa rumah-rumah para perajin ukir sebagai tempat tinggal dan singgah para wisatawan, pelajar, atau peneliti,” kata dia.
Editor : KOMPAS.com

0 komentar:

Posting Komentar